2012-03-17

Apa kata peneliti UGM tentang kegagalan reforma agraria?

Ini hasil penelitian seorang peneliti dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta, mengapa reforma agraria, kata dia, tak bisa menyelesaikan masalah kemiskinan. Identifikasi masalahnya kelihatannya masih “yang itu-itu juga” ..

  • UUPA masih berhenti sebatas kebijakan di atas kertas. Selama ini tidak ada usaha secara konsisten dan signifikan untuk mengimplementasikan undang-undang (UU) tersebut; UUPA kurang diimplementasikan.
  • tidak ada usaha secara konsisten dan signifikan untuk mengimplementasikan undang-undang (UU) tersebut

Read More...

2012-03-16

Gerakan Petani Dusun Ciècèng di Tasikmalaya

Tulisan ini pernah kami unggah di blog ini, tapi Google menyebut ada banyak "aktivitas aneh" pada akun kami. Apa lagi kalau bukan spams? Maka tulisan puenting bagi kami ini kami unggah lagi. Apalagi, apalagi .. tulisan ini juga sudah diacu oleh para peneliti internasional dalam bidang studi sosial dan politik pedesaan. Mohon mafhum dan maklum dengan keadaan lama kami tak mampu membula akun ini. Ini link html sebelumnya: Gerakan Petani Dusun Cieceng di Tasikmalaya.


Herdi Mismuri dan Prasetyohadi

BERIKUT ini adalah catatan urutan peristiwa gerakan petani dari warga dusun Ciècèng, desa Sindang Asih, kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Desember 1999 s.d. April 2003. Catatan ini merupakan bagian dari sebuah artikel yang diterbitkan oleh Perhimpunan Karsa, Yogyakarta, yang akan segera terbit tahun 2007 ini. Semula catatan ini berasal dari catatan lapangan disusun oleh Herdi Mismuri, seorang pegiat Forum Pemuda dan Mahasiswa untuk Rakyat (FPMR) dari Tasikmalaya.

1917
  • Sebelum tahun ini, areal ini adalah lahan garapan yang menjadi sumber penghidupan masyarakat desa setempat.

Read More...

2010-12-16

Bertani alami sangat mungkin diterapkan di Indonesia, tapi ..

Begitulah kata "tapi" ini ternyata justru menjadi yang paling penting .. Maksudnya, jika tanah yang dikelola itu bukan "milik" sendiri atau aman dikerjakan dalam jangka waktu yang lama, maka sia-sia saja.

Pengalaman ini nyata diderita oleh sebuah lembaga bermartabat pembela para petani. Waktu itu mereka hanya menyewa tanah yang bersangkutan. Dan metode alami sukses diterapkan. Lahan jadi subur. Tenaga kerja sangat minim.

Tapi si empunya tanah, setelah menyadari tanahnya jadi jauh lebih bagus daripada ketika disewa, dia tidak lagi memberi kesempatan para penyewa untuk melanjutkan ..

Tanah itu sudah pindah tangan lagi ..

Apakah ini tidak sia-sia?

Read More...

2010-06-10

Ada kelaparan di Ciamis

Kita bisa tak percaya bahwa di Ciamis sebagai salah satu kabupaten berbasis pertanian yang maju ternyata masih ada keluarga-keluarga yang tak bisa memberikan makanan cukup dan sehat kepada anak-anak mereka.

Berita di bawah ini mungkin bisa kita anggap biasa-biasa saja. Tapi pada hemat kami, laporan insiden gizi terhadap anak-anak tergolong langka di Ciamis. Tapi kasus kedua anak ini toh terjadi dan wajib menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa kemiskinan tetap mengancam keadaan pedesaan di Ciamis.


Dua Bayi di Ciamis Derita Gizi Buruk
Rabu, 02 Juni 2010

TEMPO Interaktif, Ciamis
- Dua anak kecil masing-masing Hasanah, 10 tahun, warga Cijeungjing, serta Asep, 32 hari, warga Mekarjaya Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, terdeteksi menderita gizi buruk. Hingga kini keduanya masih di rumah sakit dalam pengawasan tim kesehatan rumah sakit daerah Kabupaten Ciamis.


Yeyen Maskamah, 42 tahun, ibu kandung Hasanah, Rabu (2/6), mengatakan anaknya sejak lama telah memiliki masalah gizi buruk. Kondisi dirinya yang seorang diri usai ditinggalkan suaminya 10 tahun lalu dengan ekonomi yang pas-pasan menjadi beban tersendiri bagi Hasanah.

Hingga kini Hasanah baru dua kali dibawa ke rumah sakit untuk diberi perawatan. Sebagai kuli serabutan dengan penghasilan Rp 15 rupiah per hari, Yeyen mengaku sulit memberi asupan yang cukup untuk Hasanah.

“Memang sejak lama anak saya sudah terkena,” ujarnya. “Namun bagaimana lagi saya hanya seorang diri tidak memiliki dana untuk mengobatinya,”.

Kini di usia yang menginjak 10 tahun, Hasanah hanya memiliki berat badan 7 kilogram dengan tinggi hanya 85 sentimeter. Bahkan berat tubuhnya nyaris tanpa daging saat pertama kali dibawa ke rumah sakit 13 hari yang lalu yang hanya 3 kilogram.

“Beratnya Alhamdulillah terus bertambah,” ujar Yeyen. “Pihak rumah sakit terus memberinya dengan susu berkualitas.”

Ia berharap anak bungsu dari dua bersaudara ini bisa hidup normal layaknya teman seangkatannya yang kini telah menginjak sekolah dasar. Sehingga ia berupaya dengan kartu jaminan kesehatan masyarakat miskin yang dimilikinya bisa lebih lama tinggal di rumah sakit hingga anaknya benar-benar tumbuh sehat.

Kania, salah seorang petugas jaga, saat dimintai penjelasannya mengatakan kedua anak itu memang memiliki kendala gizi buruk. Kondisi ekonomi yang kurang serta minimnya perawatan kesehatan menjadi sebab terjangkitnya gizi buruk bagi kedua balita tersebut. “Secara ekonomi memang kurang mampu,” ujarnya.

Untuk menutupi kebutuhan asupan gizi bagi Hanasah, ujar Kania, lembaganya terus memberikan perawatan khusus dengan memberikan makanan yang bergizi termasuk pemberian susu fifty junior yang harganya bisa mencapai Rp 500 ribu per kalengnya. Harapannya agar kondisi Hasanah kembali pulih sesuai dengan potensi tubunya.

“Kita pacu terus dengan pemberian susu fifty junior,” ujarnya. “Satu hari kita bisa berikan lima kali untu Hasanah,”.

Sementara itu, Asep, 32 hari, balita gizi buruk lainnya hingga kini masih dalam perwatan tabung inkubator karena kondisi tubuhnya yang lemah. Tidak ada penjelasan yang bisa dimuat sebab pihak keluarga pada saat Tempo ke lokasi tidak ada ditempat.

JAYADI SUPRIADIN

Read More...

2010-04-07

Hidup di Desa Akan Berarti sepanjang Masa

Oleh Rani Anggraeni

    Di sebuah desa yang bernama desa Sukajaya. Desa ini tanahnya subur dan indah dan mayoritas masyarakatnya sebagai petani penggarap lahan. Pada suatu hari seorang ibu petani mencari kayu bakar.
Tapi tiba-tiba ia melihat dua orang polisi yang sedang melakukan pemeriksaan lahan tanah. Di atas tanah tersebut akan dibangun sebuah gedung. Dan dalam areal lahan yang sangat luas akan ditanam kelapa sawit.
    Saat itu pula ibu itu langsung lari ketakutan sambil membawa kayu bakar yang telah dikumpulkannya. Tapi polisi itu melihatnya dan berkata,
    ”Hei, jangan lari!”
Dan ibu itu pun berhenti dengan rasa takut dan badannya gemetar.
    “Bu, jangan mengambil kayu bakar di sini. Ini hutan milik negara!” katanya dengan nada keras.
    ”Ta.. tap…tapi say…ya..anu Pak..anu Pak!’’ kata ibu itu penuh ketakutan sambil bersimpuh di hadapan petugas tersebut.
    “Tidak ada tapi-tapian, apa kamu tidak baca tulisan di tepi hutan itu hah?” Bentaknya.
    “Maaf pak, saya anu.., saya buta hurup pak!” jawab ibu itu.
    “Lagi pula sejak kapan ada aturan itu?” tanya si ibu sambil mencoba mengusir ketakutannya.
    ”Sejak dulu pun kami selalu selalu mengambil kayu bakar di sini. Lagi pula kami sudah lama menggarap lahan ini,“ lanjutnya.
    “Sudah saya bilang dari tadi, ini hutan milik negara!” jawabnya.
    “Tapi pak, sejak dulu kata leluhur saya tanah ini…”
    ”Jangan melawan!” bentak polisi itu. “Kalau kamu melawan, kamu akan dihukum! Sekarang silahkan cepat pergi dari sini!”

Read More...