2009-01-31

‘Pemanasan’ awal: Asosiasi Petani Kapulaga Ciamis

Para petani kapulaga Ciamis semakin mengukuhkan persatuan. Dengan membentuk koperasi, mereka siap menanam dan mengurus ketersediaan hasil bumi ini. Targetnya sampai satu tahun yang akan datang 50 ton per bulan kapulaga basah. Mudah-mudahan.

Perwakilan dari sebelas kecamatan di wilayah kabupaten Ciamis wilayah selatan bertemu dan telah mengukuhkan pembentukan Asosiasi Petani Kapulaga Ciamis. Kepengurusan telah dibentuk. Diketuai oleh Kunkun Herawanto dari kecamatan Langkaplancar.

Pertemuan petani kapulaga itu dilakukan di restoran Murasaki, Pangandaran, pada tanggal 27 Januari 2009. Total hadir sekitar sejumlah 70-an orang petani. Hadir pula perwakilan dari pemerintah daerah.

Masing-masing petani dari perwakilan tingkat kecamatan di situ bersepakat untuk membentuk suatu fungsi kesekretariatan sebagai kontak penghubung, baik untuk keperluan komunikasi, informasi dan koordinasi produksi, terutama tentunya untuk pengumpulan hasil bumi kapulaga.

Jika hasil-hasil awal telah lebih berbentuk, para petani itu juga mengancangkan akan segera mempertimbangkan suatu acara publik berupa deklarasi resmi dari asosiasi mereka. Kapan? Kita tunggu tanggal mainnya.

Kecamatan apa saja yang telah memberikan dukungan sebagai suaatu bentuk pemanasan awal ini? Kesebelas kecamatan itu masih berdekatan satu sama lain di wilayah bagian selatan kabupaten Ciamis, yaitu, Banjarsari, Cijulang, Cigugur, Cimerak, Kalipucang, Langkaplancar, Mangunjaya, Pamarican, Pangandaran, Parigi, Sidamulih.

Read More...

2009-01-26

Perkiraan hasil panen 7,9 ton gabah per hektar?

Kabar baik lagi dari desa. Padi alami di sawah yang mulai ditanam dengan metode intensif telah mulai menumbuhkan rata-rata 50 s.d. 60 malai setelah berusia 60 hari. Seandainya separuh malainya saja nanti benar-benar menghasilkan sesuai perhitungan standar, maka kita bisa yakin bahwa para petani reklaiming sesungguhnya menyimpan modalitas kuat mampu segera menyelesaikan masalah dasar produksi minimal dari budidaya padi. Dan karenanya, tentunya, juga mampu menggarap masalah ketahanan atau bahkan kedaulatan pangan.

Ini sebuah pernyataan. Tentu, tapi sayang, kami belum bisa memperlihatkan fotonya. Yang di sebelah ini baru foto padi percobaan dalam plastik. Dan, panen padi masih kita tunggu sampai satu setengah bulan lagi. Kabar ini berasal dari dan pernyataan ini kiranya disampaikan oleh pak Oman dan bu Wati dari dusun Bulaksitu, desa Banjaranyar, kecamatan Banjarsari, Ciamis, Jawa Barat. Keduanya adalah tokoh petani Serikat Petani Pasundan (SPP).

Pernyataan ini juga didasarkan pada percobaan kecil lain yang telah kami lakukan di depan rumah pakOman dan buWati. Padi yang kami tanam, satu lubang satu tanaman, di dalam plastik kresek seukuran diameter kira-kira 30 cm, tanpa kompos atau pupuk tambahan apa pun. Barangkali ini sebab mengapa jumlah malai hanya 14. Untungnya tanah di lahan pak Oman sudah cukup tingkat keasamannya, sudah mendekati netral. Malah ketika ditambahkan kapur, penampilan tanaman jadi kurang bagus. Tinggi tanaman sampai 120 cm. Yang terakhir ini sudah di luar kebiasaan pemandangan di antara para petani SPP.

Dari percobaan itu, didapatkan gabah per malai sebanyak 320 biji bernas. Ini juga suatu hal yang sangat mengherankan setidaknya bagi kami petani SPP. Kami tanyakan lagi, apakah memang benar begitu. Apakah semua malai sudah diperiksa dan dihitung bulir-bulirnya? Kami ulang ulang lagi pertanyaan itu. Pak Oman dan bu Wati lagi jua mengatakan ‘sudah’. Mengapa kami tanyakan lagi, sebab ini rasanya di luar kebiasaan. Setidaknya menurut catatan yang kami dapatkan dari si pencuat metode intensif ini, yaitu Henry Laulanié. Sebab, jika benar, ini artinya nanti bisa kami peroleh capaian panen lebih dari 3,5 ton gabah per 100 bata. Ini rasanya tak mungkin. Sepuluh kali lipat dari capaian konvensional kami? Mustahil.

Biasanya hasil panen padi di desa Banjaranyar baru mencapai 3,5 ton per hektar. Sedangkan, ceritera akangKunkun dari Langkap Lancar petani SPP baru mendapatkan 4,9 kwintal per 100 bata atau mencapai rasio 0,25 saja. Wah rendah sekali kan ..

Seperti telah kami ceriterakan dalam posting sebelumnya, nyaris sudah dua bulan lalu, penanaman padi secara intensif sudah mulai dicoba di antara para petani SPP di Ciamis, Jawa Barat. Keputusan ini juga termasuk luar biasa karena pada akhirnya hanya dua orang petani yang bersedia mencoba. Setidaknya kedua keluarga petani ini telah berani membulatkan tekad untuk keluar dari kebiasaan kovensional dalam menanam padi, sekalipun banyak sekali rintangan dan keraguan-keraguannya.

Berikut ini kutipan dari tulisan de Laulanié yang sudah diterjemahkan oleh Norman Uphoff yang memopulerkan metode baru itu ke seluruh dunia.

We propose starting with 25 x 25 cm spacing (16 plants per m2) up to 33 x 33 cm (9 plants per m2). In these two cases, if we have an average of 100 seeds per panicle, and if transplantation has been done with the closer spacing (25 x 25), there are 25 panicles per stem, which makes 25 x 16 = 400 panicles, or 40,000 seeds per m2. If 1,000 seeds typically weigh 25g, then 1 m2 provides 25 x 40 = 1,000g. This would give a yield of 1 kg per m2, which in turn makes 10 tons per hectare. For more widely spaced transplanting (33 x 33), 45 panicles per plant are required [rather than 25] to get the same number of panicles per 1 m2 (45 x 9 = 405), which results in 40,000 grains. Yield is then the same as for the narrower transplantation described above. [Note: with good plant, soil and water management, the number of grains per panicle can average 200 or even more.]

Kami masih perlu menimbang lagi, berapa berat rata-rata per 1.000 bulir gabah dari hasil panen ini. Pengandaian itu benar jika setidaknya hasil perhitungannya adalah bahwa seribu bulir berberat sampai 25 gram, seperti dikatakan Laulanié. Itu berat ‘tipikal’, katanya. Artinya, barangkali adalah ‘tabiat dasar’ dari perilaku tanaman padi.

Sebagai suatu pernyataan yang berstatus ‘dugaan’, kami sendiri lebih condong menyatakan prediksi capaian panen petani SPP Banjaranyar dapat mencapai antara satu sampai 1,1 ton per 100 bata atau 7,9 ton gabah per hektar. Hitungan standar deLaulanié per tanaman padi, minimum rata-rata 25 malai produktif, dengan hasil panen minimum 100 bulir bernas.

Tentu, kita berterimakasih kepada mas Tanto atau Eddy Suhermanto, kawakan petani padi organik dari Sleman, Yogyakarta, yang telah membagikan benih padi Pandawangi yang terpilih ini. Hatur thankyou, mas. Bagaimana kami balas budi baikmu..*


Acuan berguna:

Read More...

2009-01-24

Adakah yang bisa dipegang petani dari kata-kata indah Obama?

Bagi mereka yang hendak menggenggam kekuasaan melalui korupsi dan kekejian dan membungkam orang yang tidak setuju pada kebijakan mereka, yakinlah bahwa kalian berada pada sisi yang keliru, tapi kami akan mengulurkan tangan jika kalian tidak lagi mengepalkan tinju.

Bagi rakyat negara-negara miskin, kami berjanji akan bekerja bersama kalian untuk membuat ladang kalian subur dan membuat air bersih mengalir, untuk memberi makan tubuh yang kelaparan, dan memenuhi kebutuhan mental.

Dan kepada negara-negara seperti negara kita yang relatif menikmati kemakmuran, kita tidak bisa lagi bersikap tidak peduli pada kesengsaraan di luar perbatasan kita, dan kita tidak bisa menghabiskan sumber-sumber dunia tanpa mempedulikan dampaknya. Karena dunia sudah berubah dan kita harus berubah dengannya.

Itu kata-kata presiden Amerika Serikat yang baru. Orang hitam, lagi. Korupsi, ketidakadilan, kekejian, penindasan dan penekanan pada kaum miskin, apalagi di pedesaan seperti di wilayah kami, pada kenyataannya terus-menerus terjadi. Sejauh mana janji kerjasamanya menjadi manfaat bagi petani.. Yang kami perlukan sangatlah sederhana .. Mudah-mudahan kata-kata bagus dan indah seperti angin surga itu tak perlu kami ragukan telah menjadi suatu kenyataan yang sangat jauh dari kenyataan ..

Coba perhatikan lagi yang telah kami tekan dengan huruf berwarna merah .. "ladang subur, air bersih mengalir, tak ada kelaparan, jasmani dan ruhani .." Apakah ini tak terlalu indah untuk lebih baik dilupakan ..

Rasanya para petani harus lebih banyak belajar untuk tidak berharap apa pun, kecuali pada keringat dan kerja keras. Jangan sampai kita dininabobokan ..

Acuan:
Teks pidato pelantikan presiden AS Barack H Obama dari Antara.co.id

Read More...

2009-01-22

Pupuk Cacing, si Hormon Pertumbuhan Tanaman



Barangkali presentasi video tentang bagaimana memelihara cacing untuk mendapatkan pupuk (kascing) yang ampuh pengaruhnya untuk tanaman ini adalah salah satu cara yang paling cocok untuk para petani kita di pedesaan Indonesia.

Pertama, nyaris tanpa modal apa pun, jika petani yang bersangkutan memiliki sebidang tanah. Sekalipun sempit, sesempit apa pun, barangkali justru itu tantangannya. Kiranya dapat dicoba mulai dari yang paling kecil. Dengan plastik bekas bungkus beras pun kiranya bisa dengan cara menjahit dan menggantungkannya di belakang rumah .. Yang kedua, karena caranya yang sangat mudah. Silakan amati video di atas. Ibu-ibu terlibat sangat aktif. Prosesnya relatif cepat. Dapat dipanen dalam waktu secepat 25 hari saja.

Apa kehebatan pupuk cacing atau kascing atau casting? Kotoran cacing sesungguhnya bukanlah pupuk seperti biasa, begitu kata para ahli, tapi sudah menjadi hormon pertumbuhan tanaman. Tanaman jadi sehat dan kuat sehingga subur dan produktif. Nilainya lima kali lebih berdampak daripada pupuk kandang biasa.

Bisa diproduksi sendiri dengan mudah dan murah, tetapi sesungguhnya sangat berharga dan sangat mahal jika dijual. Berapa harga pupuk kandang biasa? Lima kali lipat, barangkali itulah harga pasarnya.

Tapi ada catatannya. Apa?

Gedebog pisang berikut daunnya dapat diganti dengan daun-daun kering lain atau kertas koran (hindari bagian yang berwarna) atau kardus/karton bekas ..

Cacing juga mau makan sisa-sisa jasad organik terutama tentu yang bersifat nabati. Kotoran sapi dapat digantikan dengan pupuk kandang yang lain. Lebih tua lebih baik.

Tapi kalau kotoran kambing sebaiknya dihancurkan terlebih dahulu, apalagi kalau sudah keras.

Sisa-sisa memasak dari dapur yang belum sempat direbus atau dipanas atau dimasak, kiranya bagus. Bubuk sisa minum kopi, sisa minum teh, juga bagus. Biarkan membusuk sebelum diberikan pada cacing-cacing itu.

Ingat, cacing tak punya gigi lho. Jadi sebaiknya makanan mereka sudah hancur sebelum diberikan. Kalau tak hancur, mereka tak akan bisa memakannya. Menurut mereka yang telah menghitungnya, jika memang cacing-cacing itu produktif, alias rajin makan, maka satu kilo cacing dewasa sanggup menghabiskan bahan makan seberat bobot tubuh mereka setiap harinya ..

Hal positif lain dari metode yang dipaparkan dalam video ini tampaknya adalah juga bahwa peternak atau petani tak usah repot-repot selalu memperhatikan, apakah makanan cacing sudah habis atau belum, tapi cukup satu kali saja menyediakan kotoran binatang pada awal memasukkan cacing. Setelah waktu yang relatif lebih pendek daripada perkiraan metode lain, yaitu hanya 25 hari, kascing sebaiknya segera dipanen.

Modifikasi ukuran 'tempat tinggal' atau 'kandang cacing' dalam perbandingan dengan seberapa banyak selayaknya cacing-cacing itu ditempatkan, barangkali baik mengikuti ancer-ancer umum ini: Setiap setengah kilogram cacing memerlukan ruang selebar 40 cm x 40 cm. Jadi tinggal hitung saja: satu meter persegi dapat ditaburkan sebanyak sampai lebih dari tiga kilogram cacing. Biarkan cacing masuk sendiri ke dalam tanah. Jangan dikubur. Dalam waktu sekitar dua bulan, individu cacing sudah bertambah menjadi dua kali lipat.

Cacing suka dan hidup dengan nyaman dan karenanya jadi produktif, jika tempat hidupnya memenuhi persyaratan berikut ini:

  • lembab (tidak kering), tidak kebanjiran air (lindungi dari hujan [deras], buatkan gubug pelindung?),
  • sejuk (tidak panas, hindarkan sinar matahari, pelindung/gubug itu tentu sangat bermanfaat),
  • ada makanan cukup, segera tambahkan jika habis,
  • ada udara atau oksigen cukup (jangan tutup rapat)
  • tidak kekurangan 'tempat tidur' (bedding) seperti daun-daunan tadi.
Kami usul jika menerapkan cara seperti dijelaskan dalam video itu, perlu dilihat dan diamati apakah tidak ada hama yang mungkin menyerang, seperti semut, tikus, ayam, burung, dsb. Maka perlu kiranya disiapkan juga misalnya dengan dibuatkan pagar dan dikelilingi misalnya dengan kain bekas yang dibasahi dengan minyak tanah.

Potongan video di atas diambil jadi link youtube dan berasal dari lembaga pendukung dan pendorong pertanian alami di India, yaitu Pusat Sistem Pengetahuan India atau Center for Indian Knowledge System (CIKS). Mereka juga memiliki publikasi video gratis yang lain. Di antara adalah penjelasan tentang pohon mimba dan penggunaannya sebagai pestisida nabati baik untuk tanaman maupun untuk menjaga gudang dari ancaman serangga. Bisa klik di sini untuk mendapatkannya.


Acuan:

Read More...

2009-01-21

Cara petani SPP menanam kapulaga ..

Petani mana tak tertarik menanam kapulaga sekarang ini .. Kalau rumpun kapulaga sudah jadi, setiap tahun dapat dipanen sampai tiga kali. Sekali panen dapat mencapai 900 kilogram kalau petani penanam memiliki sampai seluas areal kapulaga sampai 200 bata (2.800 m2), sebagai ukuran lahan gantungan hidup yang umumnya didambakan petani di Jawa Barat. Satu kilogram kapulaga basah sekarang harganya sudah kita target sampai Rp15ribu lho ..

(Nanti di posting lain akan kita ceriterakan berapa pendapatan petani yang dikatakan ‘berhasil’ menanam kapulaga. Sabar ya ..)

Bibit kapulaga yang tingginya sudah mencapai 70 s.d. 80 sentimeter dan memiliki dua atau tiga daun telah siap ditanam di lahan. Persiapkan lahan seluas 1,5 x 1,5 meter untuk setiap satu bibit tanaman. Bibit ditanam dangkal. Jangan dalam-dalam.

Dalam waktu satu tahun sudah akan terbentuk suatu rumpun kapulaga yang bisa mencapai diameter antara 50 s.d. 60 sentimeter. Petani dari Ciamis biasa menyebutnya kira-kira ‘seukuran nyiru’. Rumpun ini akan terus melebar, sehingga sudah perlu disiapkan lahan setidaknya sejumlah yang telah disebutkan di atas.

Setelah dua minggu sampai satu bulan setelah bibit ditanam, sudah mulai bisa mulai diberikan pupuk. Tentu dianjurkan pupuk kandang. Pupuk akan merangsang tanaman tumbuh lebih sehat pada fase pertumbuhan. Demikian pemupukan boleh diberikan secara rutin secukupnya.

Dalam waktu sekitar enam sampai tujuh bulan, rumpun kapulaga ini sudah akan memiliki sampai sekitar enam atau tujuh batang pula. Alias setiap bulan akan muncul satu batang baru. Dan tentu juga sudah mulai berbuah. Sudah bisa mencapai 10 buah manggar buah kapulaga. Cepat kan? Dan nyaris petani tak banyak bekerja.

Peremajaan juga terus berlangsung. Dari pengalaman petani kapulaga, induk akan segera mati dalam waktu dua tahunan. Kapulaga tampaknya adalah jenis tanaman ‘perennial’, alias dua tahunan. Tapi anakan-anakannya terus bertambah kok ..

Kapulaga juga tidak membutuhkan banyak sinar matahari, sehingga bisa ditanam di bawah pohon-pohon besar yang lain, seperti sengon atau albasia, kopi, kelapa, dll. Artinya, petani juga tak perlu menyediakan tambahan lahan tanah untuk membudidayakan kapulaga.

Bagaimana dengan kebutuhan air untuk kapulaga? Tunggu ya ..

Read More...

2009-01-17

2009: Siapa mau beli kapulaga kering dari kami?

Teman-teman sekalian, Selamat Tahun Baru 2009! Sukses selalu! Ada kabar baru dari Ciamis, Jawa Barat.

Baru-baru ini beberapa orang petani dari Serikat Petani Pasundan (SPP) dari wilayah kabupaten Ciamis sudah mulai berinisiatif untuk lebih jauh melibatkan diri dan mendukung budidaya kapulaga. Malah menurut keterangan Kang Kunkun, salah seorang pemuka petani, SPP mendorong terbentuknya Asosiasi Petani Kapulaga Ciamis pada bulan Juni 2008. Anggotanya sudah mencapai 3.000 orang. Suatu langkah berarti, bukan? Entah apa pun nanti hasilnya, yang penting sekarang kita sudah mulai mencanangkan inisiatif.

Memang tampaknya tantangannya tak ringan juga. Pertama-tama adalah soal bibit. Masih belum banyak petani anggota SPP yang menanamnya. Sementara itu, siapa pun berniat membudidayakannya tentu akan harus mulai menanamnya. Nah, dari mana bibitnya. Akan harus ada "peng-awal", atau suatu "benih" yang menjadi pemulanya di masing-masing lahan petani, bukan? Harga per bibit tanaman sekarang sudah mencapai Rp1.500.

Lumayan mahal juga kan kalau diperhitungkan sebagai target jangka agak panjang (bukankah setiap orang wajib memiliki cita-cita?) setiap petani akan perlu mengelolanya sampai, misalnya, sebanyak umumnya luasan lahan yang mampu dikelola? Seluas 200 bata (atau 200 x 14 meter = 2800 meter persegi) adalah yang biasa diusahakan dan ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani.

Menurut pengalaman para petani, satu bibit selayaknya dipersiapkan untuk keluasan sampai satu meter persegi. Dalam waktu tak sangat lama, katanya sampai sekitar satu tahun saja, tanaman kapulaga sudah mulai memenuhi lahan di sekitarnya. Kapulaga akan menjadi rumpun, seperti tanaman empon-empon yang lain.

Menurut keterangan Kang Kunkun yang sekarang bertugas menjadi pengurus Unit Pengembangan Ekonomi SPP Ciamis, tapi juga di bagian Sektretariat SPP Ciamis, sekarang kiranya sudah dapat disiapkan 10 ton kapulaga kering setiap bulan. Tingkat kekeringan sampai 30 persen. Dalam waktu-waktu dekat yang akan datang ini, jika upaya pengadaan bibit menghasilkan manfaat, lahan kapulaga akan segera melebar secara bertahap. Artinya, kuantitas panen dapat meningkat.

Harga di Jakarta di tingkat mini supermarket di Ambassador, Casablanca sudah mencapai Rp5.400 per 60 gram dalam bentuk kapulaga kering, tak digiling (alias ~ Rp90.000/1kg). Malah di salah satu supermarket yang biasa didatangi para pendatang ekspat di kawasan Warung Buncit mencapai Rp5.100 per 30 gram (~ Rp170.000/1kg), juga dalam bentuk kering, tak digiling. Di situ juga ditawarkan dalam bentuk sudah digiling dalam kemasan 60 gram seharga Rp49.000.

Nah, siapa yang bersedia membantu memberikan afirmasi kepada para petani SPP? Berapa harga kapulaga kami, silakan negosiasi dan hubungi email blog ini: masadepanpetani@gmail.com. Atau hubungi Savitri W di nomor HP: 0816-168 9409; kantor: 021-8304153. Savitri sekarang bertugas di lembaga pendukung pengembangan pemasaran produk petani SPP, yaitu The Institute for Ecosoc Rights, Jakarta; alamat: Jl. Tebet Timur Dalam VI C No. 17, Jakarta 12820.

Buah atau biji-biji kapulaga ini dijamin sudah disortir dengan tingkat kecacatan yang terkontrol. Dapat dipastikan kapulaga hasil bumi SPP ini sesungguhnya berkategori "alami" kalau tidak dapat dikatakan (disertifikasikan sebagai) "organik". Pada hematnya pupuk harganya mahal dan pasokan tak teratur, maka lebih baik membuat kompos sendiri dengan memanfaatkan pupuk kandang secara optimal. Kita pastikan setidaknya kapulaga ini akan menyumbangkan tambahan mutu kesehatan tubuh yang memakannya.**

Read More...