2006-11-12

Siapa Mau Bantu Kami?

KAMI bertekad untuk mengembangkan suatu usaha kegiatan ekonomi rakyat dengan cara mengelola hasil-hasil produksi pertanian para petani yang tergabung dalam organisasi tani Serikat Petani Pasundan (SPP). Diancangkan untuk menghubungkan hasil-hasil produksi pertanian dari desa-desa yang tergabung dalam organisasi ini dengan penduduk konsumen di kota-kota. Pada pokoknya barang-barang produksi para petani dari desa-desa di mana kami bekerja akan dikelola, lalu dikemas, dibawa dan dijual di “pasar” yang dikelola di beberapa wilayah penduduk miskin yang telah diorganisir sebelumnya.

Bagaimana caranya dan untuk apa?

Seluruh proses ini akan dikelola dengan kombinasi sistem jual-beli dan bagi-hasil. Keuntungan dari usaha ekonomi ini akan dipakai untuk mendukung biaya penyelanggaraan sekolah-sekolah yang dikelola oleh Unit Layanan Sekolah – Yapemas.

Latar belakang dan motivasi. Upaya ini dilakukan untuk merintis pembentukan infrastruktur pembiayaan sekolah gratis untuk anak-anak para petani miskin tak bertanah. Sekolah gratis ini merupakan satu-satu jalan untuk meningkatkan mutu dan martabat kehidupan para petani miskin itu. Petani tidak bertanah di pedesaan pegunungan Jawa Barat Selatan ini memiliki kesulitan untuk menyekolahkan anak-anaknya dari sekolah dasar ke sekolah menengah. Penyebabnya sederhana yakni biaya untuk sekolah anak yang tidak terjangkau, baik untuk biaya transportasi maupun biaya yang dibayarkan orang tua ke sekolah, dibandingkan dengan pendapatan mereka. Petani tidak bertanah yang adalah mayoritas penduduk di desa Sarimukti yang terletak di gunung Papandayan, Jawa Barat, tidak mampu menyekolahkan anaknya ke sekolah menengah. Tidak sampai lima persen dari lulusan Sekolah Dasar yang melanjutkan sekolah ke tingkat Sekolah Menengah Pertama karena keterbatasan kemampuan orangtua mereka.

Pendapatan keluarga-keluarga petani tak bertanah ini hanya cukup untuk melanjutkan hidup. Tahun 2003 lalu upah kerja pertanian seharian sejak matahari terbit hingga siang hari adalah Rp8.000 untuk laki-laki dan 6.500 rupiah untuk perempuan. Penyebab utama yang mendasari kemiskinan ini adalah akses atas tanah yang tidak merata karena konsentrasi penguasaan tanah besar-besaran di tangan segelintir orang, rendahnya produktivitas pertanian dan mutu layanan alam yang semakin merosot. Kemiskinan struktural ini seakan ‘lingkaran setan’ yang terus berjalan dan tidak diketahui ujung dan pangkalnya lagi.

Sejak 2003 upaya terobosan telah dirintis oleh Yapemas, sebuah organisasi non-pemerintah pendukung Serikat Petani Pasundan, yang memiliki basis rakyat petani tak bertanah di tiga kabupaten wilayah Priangan Timur, yaitu Garut, Tasik dan Ciamis. Yapemas telah memberi layanan sekolah gratis yang terdiri dari tiga sekolah menengah pertama dan satu sekolah dasar, yang masing-masing terletak di desa Pasawahan-Ciamis, desa Sarimukti-Garut dan desa Cieceng-Tasikmalaya.

Siswa yang bersekolah adalah anak-anak petani tidak bertanah baik yang berasal dari lokasi tempat sekolah itu maupun yang berasal dari sejumlah wilayah yang tersebar di penjuru masing-masing kabupaten. Guru-gurunya adalah para sukarelawan yang berasal dari tokoh masyarakat setempat dan mayoritas dari para mahasiswa dan pemuda-pemudi sarjana yang peduli untuk memperbaiki nasib petani tak bertanah.

Sekolah ini berjuluk 'sekolah petani', bukan terutama karena pesertanya berasal dari anak-anak petani, akan tetapi lebih mengacu pada kurikulumnya yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi anak-anak petani untuk memahami dan menghadapi persoalan agraria, namun tetap dengan menggunakan format “Kurikulum 2004” yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Pemerintah Republik Indonesia. Sekolah petani ini didirikan dengan dasar kemandirian dan kesukarelaan. Pembangunan awal sekolah ini dimulai dengan swadaya petani setempat, yang menyediakan berbagai fasilitas yang mampu mereka berikan, seperti bahan baku bangunan fisik dan infrastruktur bangunannya. Metoda belajar-mengajar yang dipakai adalah metoda belajar aktif. Seluruh materi pelajarannya disajikan secara kreatif dan kontekstual, meskipun tetap diniatkan untuk mencapai target-target kurikulum yang telah diterapkan oleh pemerintah.

Pelayanan sekolah formal oleh Yapemas bersama para petani terorganisasir akan terus dikembangkan. Selain di wilayah-wilayah tersebut, Unit Sekolah Yapemas akan melanjutkan pengembangan sekolah-sekolah menengah di wilayah-wilayah lainnya – sejalan dengan berkembangnya kemampuan yang dimiliki. Beranjak dari perkiraan kebutuhan para lulusan sekolah petani tingkat lanjutan pertama ini untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, rencana pendirian sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sudah menjadi agenda untuk diwujudkan dalam dua tahun yang akan datang.

Para guru sekolah petani ini memberikan pengabdian sebagian waktu, tenaga dan pikirannya untuk sekolah-sekolah ini. Secara periodik, tiap tiga bulan sekali, Unit Layanan Sekolah Yapemas, para pengajar sekolah ini bertemu dalam latihan dan atau lokakarya yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan metodologis belajar-mengajar. Para pelatih guru-guru berasal dari berbagai aktivis organisasi non-pemerintah yang memiliki keahlian dalam pendidikan populer dan guru-guru yang telah mengembangkan sekolah alternatif di Bandung dan sekitarnya, seperti dari sekolah Hikmah Teladan dan Mutiara Bunda.

Tidak ada orientasi komersial dalam pengelolaan sekolah ini. Sekolah ini adalah sekolah gratis. Para petani tidak bertanah yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah petani ini diberi keleluasaan untuk menyumbangkan materi atau tidak, sesuai dengan kemampuannya. Satu masalah yang sejak awal sudah terasa dan dapat menjadi “bom” satu saat nanti bila tidak diatasi semenjak saat ini adalah soal biaya operasional sekolah. Selama ini, biaya operasional sekolah-sekolah ini dibiayai melalui sumbangan-sumbangan lokal dari komunitas, para guru, individu-individu dan lembaga non-pemerintah. Biaya-biaya ini dikumpulkan dan dikelola oleh suatu unit khusus yang dinamakan Sahabat Sekolah Petani.

Tiga bentuk kegiatan ekonomi. Upaya pengembangan usaha ekonomi yang kami usulkan ini mengandung beberapa komponen pokok, yaitu:
  1. Penyiapan kelompok-kelompok pelaku usaha: Diperkirakan terdapat tiga kelompok yang perlu diorganisasikan: (i) Kelompok pengumpul hasil pertanian rakyat di desa-desa dimana sekolah berada; (ii) Kelompok pengelola penyimpanan dan transportasi barang pertanian dari Desa ke Kota; dan (iii) Kelompok pemasar di kantung-kantung orang miskin kota yang memerlukan barang pertanian dengan harga lebih murah. Selain pengorganisasian, terhadap kelompok-kelompok ini akan diberikan layanan pelatihan dan lokakarya.
  2. Modal usaha ekonomi: Biaya proyek akan dibelanjakan untuk modal usaha ekonomi perdagangan komoditas pertanian ini. Modal-modal dasar dari usaha ini adalah: (a) Uang muka pembelian “truk ¾” dengan kapasitas angkut 2 ton; (b) Sewa gudang di tempat penyimpanan dan transit barang-barang pertanian; (c) Biaya pembuatan dan pembelian peralatan untuk penyimpanan, transit dan perdagangan barang-barang; (d) Biaya pembelian barang-barang produksi pertanian, selama sebulan pertama. Setelah itu, pembelian barang-barang pertanian akan dibebankan kepada neraca arus uang keluar-masuk.
  3. Biaya personil: Selama tiga bulan pertama, personil yang bekerja untuk usaha ekonomi ini, akan dibayari oleh proyek terlebih dahulu. Kalkulasi uang keluar dan masuk akan dilakukan sebulan sekali. Pembayaran personil akan dibebankan pada neraca arus uang keluar-masuk, setelah tiga bulan proyek berjalan.
Lalu apakah manfaatnya dan resikonya? Manfaat utama dari proyek adalah tersedianya jaminan keberlanjutan pembiayaan operasional sekolah. Selain manfaat utama itu, proyek ini diharapkan menyediakan fasilitas untuk belajar berorganisasi dan mengembangkan beberapa ketrampilan hidup (life skills) untuk anak-anak murid sekolah dan perempuan dewasa di beberapa desa tempat sekolah berada.
Resiko utama dari usaha ini terletak pada kegagalan arus uang masuk, yang bersumber dari
  • Kegagalan pembelian dan daya beli penduduk miskin kota yang bersumber dari kegagalan pengorganisasian rakyat yang akan menjadi konsumen dari barang pertanian yang dibawa;
  • Kegagalan penciptaan mekanisme jual-beli alternatif atas “sisa barang pertanian yang diperdagangkan”.

Organisasi pelaksana

Pengusul: YAPEMAS (Yayasan Pengembangan Masyarakat)
Badan Hukum: Yayasan berakte nomor 5 dari Notaris Aam Warlimah SH, terdaftar pada tanggal 27 Juli 1999, dan beralamat di Jl. Ahmad Yani, Gg Asri No. 921, Garut 44151.
Penanggungjawab: Nissa Wargadipura (Direktur YAPEMAS)
Manajer: Syahdi Sutisna (Penanggung Jawab Unit Sekolah YAPEMAS)

Anggaran biaya (Untuk mendapatkan detilnya, silakan hubungi kami.)
Biaya yang diajukan sebesar Rp 227.400.000,- dengan rincian sebagai berikut:
a. Lokakarya dalam rangka Kelompok-kelompok Usaha — Rp6.000.000,-
b. Modal Usaha — Rp219.000.000,-
c. Biaya Personil — Rp2.400.000,-