2009-06-03

Interaksi mikroba dalam tanah dan pertumbuhan tanaman yang sehat

Oleh Robyn Francis
Pendiri dari Djanbung Garden Permaculture Education

Tulisan ini kami terbitkan atas ijin penulisnya. > Lihat kutipan surat penulisnya.

Interaksi mikroba dalam tanah memegang peranan kunci dalam mengendalikan penyakit tanaman secara biologis, pembusukan bahan-bahan organik, dan daur bahan-bahan makanan pokok untuk tanaman. Jika kita memahami mekanisme ini dengan baik, maka kita dapat menemukan suatu metode yang lebih efisien untuk menanam tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman kebun.

Tetapi, sebelum kita membahas interaksi ini, pentinglah kita tegaskan kedudukan khas dari tanaman dalam ekosistem mana pun. Tanaman adalah satu-satu organisme hidup yang mampu secara langsung menggunakan tenaga matahari dan dalam proses ini tanaman mengubah tenaga matahari itu menjadi bentuk-bentuk (tenaga) lain yang bermanfaat untuk makhluk-makhluk hidup. Pigmen hijau atau klorofil yang terdapat pada daun tanaman menangkap tenaga cahaya matahari dan kemudian terjadi suatu interaksi di dalam daun dengan bantuan gas karbon dioksida yang terdapat dalam atmosfer yang menghasilkan senyawa-senyawa karbon yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk-makhluk hidup yang lain, termasuk manusia, binatang, serangga dan jutaan mikro-organisme ketika makhluk-makhluk itu memakan tanaman atau sisa-sisa tanaman.

Meskipun tanaman memiliki kemampuan khas menangkap tenaga matahari dan mengubahnya menjadi tenaga kimiawi yang diperlukan untuk tumbuh, untuk bermetabolisme dan menghasilkan bunga serta buah, tanaman juga memerlukan materi-materi lain yang tidak dapat dihasilkan oleh tanaman itu sendiri. Misalnya, tanaman memerlukan berbagai anasir, termasuk nitrogen, fosfor, belerang, kalsium, magnesium, potassium dan anasir mikro lainnya. Tanah adalah ‘tempat penampungan’ dari semua anasir itu, tetapi untuk mendapatkan pasokan yang memadai, tanaman harus mengubah lingkungannya di sekitar perakarannya agar dapat memobilisirnya. Cara yang paling penting yang dilakukan oleh tanaman untuk mencapai kemampuannya ini adalah dengan merangsang kegiatan mikroorganisme di dalam tanah yang berada di sekitar akar-akar dan kemudian mikroba-mikroba itu meningkatkan pengangkutan sari-sari makanan. Tanaman merangsang kegiatan mikroba dalam tanah dengan memberikan tenaga kimiawi dalam bentuk cairan akar dan kotoran-kotoran yang dikeluarkan dari perakaran. Sayangnya, dalam banyak metode konvensional yang diterapkan dalam pertanian, hubungan-hubungan ini dirusak sehingga timbul masalah tak lancarnya pengangkutan sari-sari makanan ke dalam tubuh tanaman dan menimbulkan penyakit tanaman.

Penelitian muta’akhir menunjukkan bahwa selama suatu tanaman hidup dan berkembang sebanyak 25 persen tenaga kimia yang dihasilkan dari daun-daun dalam bentuk senyawa-senyawa karbon ternyata hilang masuk ke dalam tanah di sekitar perakaran. Materi ini hilang entah dalam bentuk cairan akar atau sel-sel tanaman yang layu lalu mati. Tanaman telah bersusah payah menangkap tenaga matahari dan mengubahnya menjadi tenaga kimiawi, tetapi kemudian seperempat tenaga itu hilang ke dalam tanah! Apakah bukan suatu kesia-siaan? Bagaimana memahami hal semacam ini? Salah satu pandangan menyatakan bahwa tak ada di dalam alam ini suatu ciptaan yang sepenuhnya sempurna, karenanya dapat dikatakan bahwa akar-akar tanaman itu bocor dan kebocoran itu tak terelakkan. Saya tak setuju dengan pemahaman ini. Sebab, jika suatu sistem makhluk hidup itu ternyata ‘bocor’ sampai memboroskan seperempat tenaga yang dihasilkan, maka masalahnya tentu terletak pada tingkat bagaimana tenaga itu dihasilkan atau diproduksikan. Tentunya ada suatu hal yang salah pada tingkat produksi. Padahal yang sesungguhnya terjadi tidaklah demikian. Konsekuensinya, tak dapat dikatakan lain bahwa tenaga (yang hilang) itu mestinya (telah) dimanfaatkan secara langsung oleh makhluk-makhluk lain yang ada di sekitar perakaran, yaitu mikroorganisme. Jika tidak, mestinya evolusi sudah akan menghasilkan suatu seleksi tanaman menuju ke jenis-jenis tanaman yang lebih mampu bertahan dalam keadaan kekurangan tenaga.

Bagaimana masalah hilangnya tenaga kimiawi tanaman ini dapat difahami? Bagaimana tanaman ternyata masih dapat mendapatkan manfaat dari situasi kehilangan tenaga ini? Yang paling penting dipegang di sini adalah bahwa senyawa-senyawa itu menjadi sumber energi bagi mikroorganisme yang banyak terdapat di sekitar daerah perakaran (rhizosphere). Mikroorganisme ini berkembang biak secara cepat sehingga menghabiskan banyak zat asam di dalam tanah dalam ukuran yang sangat banyak yang berada di sekitar rhizosphere. Di situ terbentuklah suatu mikro-situs anaerobik yang tak lagi mengandung zat asam. Terbentuknya mikrositus anaerobik ini memegang peranan penting sehingga tanaman dapat menjadi sehat dan kuat.

0 komentar: