Prestasi yang diraih lelaki asli Garut, lahir 23-9-1973 ini membuatnya, 2001, diangkat oleh Penilik Olahraga kab Ciamis Bpk Ojo Sutarjo sebagai “atlit senior” sekaligus “asisten pelatih” (coach). Abdullah mendampingi dua atlit kecil Siti Aisyiah dan Ida Farida, binaan dari dinas pendidikan kec Cijulang, Ciamis sebelah selatan, sampai mereka menanjak ke perlombaan tingkat kabupaten. [Luar biasa kan?!] Mereka kemudian mendapat kehormatan bertemu dengan dan mendapatkan dukungan dari kepala Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah Indrajati Sidi, juga mantan wakil MPR Amien Ra’is, tokoh reformasi Indonesia, dalam sebuah event kejuaraan atlit “Usia Dini se-Indonesia”. Tapi pak Abdullah tak ikut serta karena beliau ini bukan guru berstatus pegawai negeri sipil tapi hanya honorer. [Wah, sayang benar ya! Tapi kita juga dukung perjuangan para guru pejuang-honorer lho!]
Abdullah Duyèh bin Endun Ahmad, begitu nama lengkapnya, melakukan semua kegiatan mengejar kejuaraan olahraga ini sambil terus mengajar di SD Negeri 1 desa Margacinta, Cijulang, selama 6 tahun. Baru belakangan ini Abdullah juga mengajar di SMP Plus Pasawahan dan sejak akhir Maret 2006 telah mengadakan enam kali pertemuan. Hebat memang pak Abdullah ini!
Namun, bagaimana Abdullah menutup keperluan dan kebutuhan keluarganya? Nah, dia cerita bahwa ayah angkatnya adalah anggota tim dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR). Ayahnya mempekerjakannya di Banjarsari sejak 1992, tapi sayangnya sampai sekarang Abdullah tetap juga berstatus honorer. Wah, 14 tahun honorer terus? Ini pelanggaran undang-undang ketenagakerjaan ‘kan? Tapi, jangan-jangan kalau selama ini Abdullah tak honorer “terus-menerus dan di mana-mana”, barangkali dia tak akan begitu tinggi prestasinya dan sekaligus barangkali kurang tertarik melatih dan mendidik anak-anak SMP Plus Pasawahan ya? Tapi, ngomong-ngomong, hidup seorang atlit olahraga tampaknya tak bedanya dengan hidup seorang seniman. Abdullah adalah pribadi yang penuh dengan gagasan dan berbagai cara dalam mendidik anak-anak dan dalam menuntun garis hidupnya!
“Saya siap ikut mencerdaskan putra-putri Pasawahan untuk menjawab tantangan zaman. Saya lebih mencari kepuasan batin bukan materi tetapi di dalam lubuk hati. Inilah ungkapan tanggung jawab sosial saya pada sesama.” Itulah keteladanan Abdullah, ketika ditanya mengapa bersedia mengajar sebagai guru relawan di SMP Plus Pasawahan, lebih tak menentu keadaan keuangannya ketimbang guru honorer sekalipun. Terimakasih, Abdullah.
SUKSES TERUS ya!!**
0 komentar:
Posting Komentar