2009-01-26

Perkiraan hasil panen 7,9 ton gabah per hektar?

Kabar baik lagi dari desa. Padi alami di sawah yang mulai ditanam dengan metode intensif telah mulai menumbuhkan rata-rata 50 s.d. 60 malai setelah berusia 60 hari. Seandainya separuh malainya saja nanti benar-benar menghasilkan sesuai perhitungan standar, maka kita bisa yakin bahwa para petani reklaiming sesungguhnya menyimpan modalitas kuat mampu segera menyelesaikan masalah dasar produksi minimal dari budidaya padi. Dan karenanya, tentunya, juga mampu menggarap masalah ketahanan atau bahkan kedaulatan pangan.

Ini sebuah pernyataan. Tentu, tapi sayang, kami belum bisa memperlihatkan fotonya. Yang di sebelah ini baru foto padi percobaan dalam plastik. Dan, panen padi masih kita tunggu sampai satu setengah bulan lagi. Kabar ini berasal dari dan pernyataan ini kiranya disampaikan oleh pak Oman dan bu Wati dari dusun Bulaksitu, desa Banjaranyar, kecamatan Banjarsari, Ciamis, Jawa Barat. Keduanya adalah tokoh petani Serikat Petani Pasundan (SPP).

Pernyataan ini juga didasarkan pada percobaan kecil lain yang telah kami lakukan di depan rumah pakOman dan buWati. Padi yang kami tanam, satu lubang satu tanaman, di dalam plastik kresek seukuran diameter kira-kira 30 cm, tanpa kompos atau pupuk tambahan apa pun. Barangkali ini sebab mengapa jumlah malai hanya 14. Untungnya tanah di lahan pak Oman sudah cukup tingkat keasamannya, sudah mendekati netral. Malah ketika ditambahkan kapur, penampilan tanaman jadi kurang bagus. Tinggi tanaman sampai 120 cm. Yang terakhir ini sudah di luar kebiasaan pemandangan di antara para petani SPP.

Dari percobaan itu, didapatkan gabah per malai sebanyak 320 biji bernas. Ini juga suatu hal yang sangat mengherankan setidaknya bagi kami petani SPP. Kami tanyakan lagi, apakah memang benar begitu. Apakah semua malai sudah diperiksa dan dihitung bulir-bulirnya? Kami ulang ulang lagi pertanyaan itu. Pak Oman dan bu Wati lagi jua mengatakan ‘sudah’. Mengapa kami tanyakan lagi, sebab ini rasanya di luar kebiasaan. Setidaknya menurut catatan yang kami dapatkan dari si pencuat metode intensif ini, yaitu Henry Laulanié. Sebab, jika benar, ini artinya nanti bisa kami peroleh capaian panen lebih dari 3,5 ton gabah per 100 bata. Ini rasanya tak mungkin. Sepuluh kali lipat dari capaian konvensional kami? Mustahil.

Biasanya hasil panen padi di desa Banjaranyar baru mencapai 3,5 ton per hektar. Sedangkan, ceritera akangKunkun dari Langkap Lancar petani SPP baru mendapatkan 4,9 kwintal per 100 bata atau mencapai rasio 0,25 saja. Wah rendah sekali kan ..

Seperti telah kami ceriterakan dalam posting sebelumnya, nyaris sudah dua bulan lalu, penanaman padi secara intensif sudah mulai dicoba di antara para petani SPP di Ciamis, Jawa Barat. Keputusan ini juga termasuk luar biasa karena pada akhirnya hanya dua orang petani yang bersedia mencoba. Setidaknya kedua keluarga petani ini telah berani membulatkan tekad untuk keluar dari kebiasaan kovensional dalam menanam padi, sekalipun banyak sekali rintangan dan keraguan-keraguannya.

Berikut ini kutipan dari tulisan de Laulanié yang sudah diterjemahkan oleh Norman Uphoff yang memopulerkan metode baru itu ke seluruh dunia.

We propose starting with 25 x 25 cm spacing (16 plants per m2) up to 33 x 33 cm (9 plants per m2). In these two cases, if we have an average of 100 seeds per panicle, and if transplantation has been done with the closer spacing (25 x 25), there are 25 panicles per stem, which makes 25 x 16 = 400 panicles, or 40,000 seeds per m2. If 1,000 seeds typically weigh 25g, then 1 m2 provides 25 x 40 = 1,000g. This would give a yield of 1 kg per m2, which in turn makes 10 tons per hectare. For more widely spaced transplanting (33 x 33), 45 panicles per plant are required [rather than 25] to get the same number of panicles per 1 m2 (45 x 9 = 405), which results in 40,000 grains. Yield is then the same as for the narrower transplantation described above. [Note: with good plant, soil and water management, the number of grains per panicle can average 200 or even more.]

Kami masih perlu menimbang lagi, berapa berat rata-rata per 1.000 bulir gabah dari hasil panen ini. Pengandaian itu benar jika setidaknya hasil perhitungannya adalah bahwa seribu bulir berberat sampai 25 gram, seperti dikatakan Laulanié. Itu berat ‘tipikal’, katanya. Artinya, barangkali adalah ‘tabiat dasar’ dari perilaku tanaman padi.

Sebagai suatu pernyataan yang berstatus ‘dugaan’, kami sendiri lebih condong menyatakan prediksi capaian panen petani SPP Banjaranyar dapat mencapai antara satu sampai 1,1 ton per 100 bata atau 7,9 ton gabah per hektar. Hitungan standar deLaulanié per tanaman padi, minimum rata-rata 25 malai produktif, dengan hasil panen minimum 100 bulir bernas.

Tentu, kita berterimakasih kepada mas Tanto atau Eddy Suhermanto, kawakan petani padi organik dari Sleman, Yogyakarta, yang telah membagikan benih padi Pandawangi yang terpilih ini. Hatur thankyou, mas. Bagaimana kami balas budi baikmu..*


Acuan berguna:

0 komentar: