2009-02-06

Mengenang Masanobu Fukuoka (5)

Caption: Tanaman buah-buahan berdampingan dengan sayuran. Jangan sampai ada lahan yang terbuka dan tak terpakai. Kecuali untuk menjaga kelembaban tanah, sayuran dan rumput-rumputan menjamin ketersediaan kandungan sari makanan untuk tanah dan tanaman serta mengendalikan penyakit dan hama. Sumber: Pertanian Alami - Natural Farming

Setelah mengamati proses alami itu, saya berpendapat bahwa rutinitas memindahkan bibit padi ke lahan atau menggenangi sawah adalah kegiatan yang sama sekali tidak alami. Saya juga berpendapat bahwa praktik-praktik yang selama ini sudah jadi kebiasaan seperti memberikan pupuk di sawah dengan kompos yang telah disiapkan terlebih dahulu, membajak sawah, dan menyiangi sampai bersih adalah kegiatan yang sama sekali tidak perlu. Semua penelitian saya sejak saat itu mengarah kepada prinsip tidak melakukan ini atau itu. Praktik pertanian yang telah saya jalani selama 30 tahun ini mengajarkan pada saya bahwa lebih baik jika para petani itu tidak melakukan apa-apa sama sekali!

Orang sering berpikir, dengan kesombongan dan kebodohan mereka, bahwa alam membutuhkan bantuan mereka agar bisa berkembang. Padahal, yah, yang benar adalah bahwa alam sesungguhnya (dapat) melakukan semuanya itu jauh lebih baik tanpa “bantuan” dari manusia! Jika lahan sudah jadi sehat dan mampu bekerja sendiri, pertanian alami —atau “tanpa campur tangan manusia”— menjadi suatu kemungkinan yang nyata. Namun, seperti tampak jelas dari percobaan di kebun jeruk saya, kondisi (kesuburan) semacam itu tidak akan bisa tercapai begitu saja. Di Jepang and negeri-negeri pertanian yang lain, lahan-lahan itu telah dibajak-bajak dengan mesin-mesin selama berpuluh-puluh dekade .. dan sebelumnya juga sudah diputarbalik oleh sapi, kerbau dan kuda. Di lahan-lahan seperti itu, Anda tidak akan mencapai hasil yang bagus pada permulaannya, jika Anda begitu saja menghentikan kegiatan bertani dan kemudian tak melakukan apa-apa saja sekali (do-nothing agriculture). Lahan tanah haruslah pertama-tama diberi kemungkinan untuk memulihkan dirinya sendiri. Kesuburan kemudian dapat dipertahankan dengan cara menutup permukaan lahan dengan berbagai bahan organik dan (terutama) jerami yang semuanya akan membusuk ke dalam lahan.

PLOWBOY : Untuk orang-orang yang mungkin tak akrab dengan buku Anda, Revolusi Sebatang Jerami, bisakah Anda meringkas praktik-praktik dasar yang Anda kembangkan dalam sistem penanam secara alami untuk menumbuhkan bulir-buliran, sayuran dan jeruk.

FUKUOKA : Pertama-tama, saya menerapkan empat prinsip pokok. Pertama, JANGAN MEMBAJAK ... maksudnya, jangan membalik atau membongkar tanah. Sebaliknya, saya membiarkan bumi membudidayakan dirinya sendiri dengan cara membiarkan masuknya akar-akar tumbuhan ke dalam tanah dan dengan cara membiarkan kegiatan menggali yang dilakukan oleh mikroorganisme, cacing tanah, dan semua binatang kecil dalam tanah.

Prinsip kedua adalah JANGAN MENGGUNAKAN PUPUK KIMIA ATAU PUN KOMPOS YANG DISIAPKAN TERLEBIH DAHULU. Saya temukan bahwa Anda sebenarnya dapat menghabiskan sari-sari makanan tumbuhan dari dalam tanah dengan cara menggunakan kompos secara sembarangan! Biarkan saja, bumi menjaga kesuburannya sendiri, sesuai dengan siklus keteraturan antara tumbuhan dan kehidupan binatang, (antara flora dan fauna).

Petunjuk ketiga adalah JANGAN MENYIANGI, baik dengan cara melakukan budidaya tanaman tertentu atau dengan pembasmi rumput-rumputan. Gulma memiliki bagian peranan penting dalam membangun kesuburan tanah dan menjaga keseimbangan komunitas biologis .. Maka saya melakukan praktik mengendalikan —daripada memusnahkan— gulma di ladang saya. Jerami sebagai tutupan tanah, atau tumbuhan semanggi ditanam berselang-seling dengan tanaman pangan, dan penggenangan secara sementara semuanya memberikan kemungkinan pengendalian gulma secara efektif di ladang saya.

Prinsip terakhir dari pertanian alami adalah JANGAN MENGGUNAKAN PESTISIDA. Seperti telah saya tekankan sebelumnya, alam berada dalam keseimbangan sempurna jika sama sekali kita biarkan. Tentu, serangga-serangga dan penyakit-penyakit yang merugikan akan selalu ada, tetapi umumnya tidak sampai ke suatu tingkat seperti yang terjadi jika diterapkan bahan-bahan kimia berbahaya yang digunakan untuk mengendalikan hama. Satu-satunya pendekatan yang paling masuk akal dan berpegang pada semangat kepedulian (sensible) terhadap pengendalian hama dan penyakit, saya kira adalah dengan cara menanam tanaman-tanaman pangan yang kuat di suatu lingkungan yang sehat.

BERSAMBUNG

0 komentar: