2009-08-31

Arab Saudi Mau Tanam Padi atau Menyikat Tanah Kita?

Sebenarnya berita ini sudah lama, setidaknya sejak April 2009, tapi rasa-rasanya banyak teman kok belum menaruh perhatian. Kamai, anak-anak sekolah, sudah dengar-dengar juga, tapi belum yakin tentang apakah benar atau tidak. Masakan berita seserius yang kami tautkan di bawah ini tidak benar? Siapa mau sumbang pendapat dan ceritera tentang hal ini? Sebab, negeri kita Indonesia termasuk di antara sasarannya.

Tentunya sambil kita berkenalan dengan satu blog yang menarik, bertajuk 'Krisis Pangan dan Pencaplokan Tanah-tanah di Tingkat Global -- Pemerintah-pemerintah dan kalangan bisnis korpoorasi membeli tanah dan lahan-lahan di negera lain supaya mereka bisa menanam tanaman-tanaman pangan untuk kepentingan kebutuhan mereka sendiri' (Food crisis and the global land grab -- Governments and corporations are buying up farmland in other countries to grow their own food - or simply to make money)

Coba klik dan baca baik-baik yang berikut ini ya ..

Tentunya agak sulit menanam padi di padang gurun. Lama dan sulit sekali kiranya untuk mengubah pasir jadi kompos. Mestinya lebih murah langsung terjun parasut ke negeri-negeri tropis saja seperti Indonesia kan untuk mendapatkan atau mencetak sawah? Lalu nanti padi yang ditanam, hasil berasnya akan mereka angkut ke sono. Padahal buruh-buruhnya adalah saudara-saudara kita sendiri yang diupah super murah? Begitukah?

Sementara itu, tingkat produksi padi dan beras kita masih belum mapan? Masih terus ada ancaman kelaparan bukan? Data kelaparan tidak ada yang tepat dan di-update terus-menerus secara independen, sehingga mudah dikatakan tingkat kemiskinan dan kelaparan menurun, soalnya sudah ada program BLT atau raskin atau beras ayam itu .. Biro Pusat Statistik kita katanya (dan ini benar, katanya) sudah dipesan oleh Presiden SBY, bahwa angka kemiskinan 'harus segini saja ya .. tak boleh lebih", supaya 'terbukti program partai berkuasa itu tak terbantahkan' (meskipun belum tentu benar?) ..

Siapa yang kiranya bisa mengonfirmasikan berita berjudul 'Mengubah Garis Tangan Petani' —yang diterbitkan oleh Kompas, Desember 2007, dan kemudian diterbitkan ulang oleh website pemerintah kabupaten Merauke,— bahwa sebuah perusahaan tersohor, tentunya bermodal besar itu, tak kaitan dengan siapa pun dari negara Timur Tengah yang dimaksudkan? Di Merauke, dikatakan, sedang digalakkan penanaman padi secara intensif model SRI di atas lahan seluas lebih dari 100.000 hektar .. Gila luas banget yah .. Apakah seharusnya dan memang perlu bahwa di Papua didahulukan penanaman padi sementara saudara-saudara kita di sana sudah memiliki sumber zat tepung seperti sagu? Mengapa sagu tidak dikembangkan juga? Apa ini yang nama 'proyekisme' itu?

Ayo, teman-teman, siapa yang mau melengkapi keterangan tentang peningkatan ironi di negeri kita ini?

0 komentar: