2009-02-07

Mengenang Masanobu Fukuoka (6)

Sejauh proses penanaman berlangsung, secara gampang saja saya menyebarkan benih-benih gandum hitam dan jelai di atas lahan-lahan terpisah selama musim gugur ... Sementara itu padi pada saat itu masih tegak berdiri. Beberapa minggu kemudian saya menanen padi, dan kemudian saya sebarkan jeraminya kembali di atas lahan sebagai mulsa. Dua jenis tanaman bulir-buliran yang tumbuh di musim dingin biasanya dipanen sekitar tanggal 20 Mei .. tetapi sekitar dua minggu sebelum tanaman-tanaman itu sudah sepenuhnya jadi tua atau matang, saya menyebarkan benih padi persis di atas tanaman-tanaman tadi. Setelah gandum hitam dan jelai dipanen dan dipotong, saya sebarkan jeraminya kembali di atas lahan untuk melindungi benih-benih padi. Saya juga menanam tumbuhan semanggi dan rumput-rumputan di atas ladang yang sama. Tanaman-tanaman legum disebar di antara tanaman padi pada hari-hari awal musim gugur. Saya tak perlu merasa khawatir dengan adanya gulma .. rumput-rumputan itu cepat sekali tumbuh kembali!

From Pertanian Alami - Natural Farming
Caption: Jika Anda lihat lebih dekat, benih-benih mulai tumbuh di antara jerami dan bakal rumput-rumputan.

Di atas lahan seluas satu seperempat akre seperti milik saya itu, satu atau dua orang dapat melakukan semua pekerjaan menanam padi dan bulir-buliran musim dingin hanya dalam beberapa hari saja, tanpa perlu menggenangi sawah selama seluruh musim ... tanpa menggunakan kompos, pupuk kimia, herbisida atau semua bahan kimia yang lain ... dan tanpa membajak satu sentimeter pun terhadap lahan itu! Rasanya tak ada cara yang lebih sederhana lagi untuk menanam bulir-buliran.

Sedang untuk jeruk, saya menanam beberapa varietas di sisi berbukit di dekat rumah saya. Seperti telah saya katakan, saya mengawali pertanian alami setelah perang hanya dengan satu petak tanah saja, tetapi secara bertahap saya mendapatkan luasan lahan tambahan dengan mengambil alih petak-petak lain yang berbatasan berupa lahan-lahan tidur dan kemudian menggarapnya dengan tangan saya sendiri. Pertama-tama saya harus mengondisikan kembali tanah liat merah dengan cara menanam tumbuhan semanggi sebagai tanaman penutup dan membiarkan rumput-rumputan tumbuh lagi. Saya juga menanam beberapa sayuran —seperti tanaman bit daikon Jepang— dan membiarkan predator-predator alamiah memakan hama berupa macam-macam serangga. Sebagai dampak dari tebalnya rerumputan dan tumbuhan semanggi, lapis permukaan dari lahan kebun telah berkembang menjadi gembur selama 30 tahun terakhir, warnanya hitam dan banyak cacing tanahnya dan berbagai kandungan organik. Di kebun saya itu sekarang sudah ada pinus dan pohon sedar, beberapa pohon buah pir, sejenis pohon buah kesemak, buah lokuat, kersen Jepang, dan berbagai varietas tanaman asli yang tumbuh di antara pohon-pohon jeruk. Saya juga punya pohon akasia yang memiliki kemampuan menangkap nitrogen, yang membantu memperkaya tanah di kedalaman bumi. Jadi dengan cara menanam pohon-pohon yang tinggi untuk menahan terpaan angin, lalu tananam-tananam jeruk di bagian bawahnya, dan hijau-hijauan serasah penutup tanah, saya temukan suatu cara pemeliharaan lahan secara mudah dan membiarkan kebun itu mengelola dirinya sendiri!

PLOWBOY : Bukankah Anda juga menanam sayur-sayuran di kebun dapur hidup?

FUKUOKA : Sebenarnya, saya menanam sayuran dengan cara setengah liar di antara rumput-rumputan di seluruh bagian bukit. Di kebun saya sendiri saya menanam burdok, kubis, wortel, sawi mustard, kacang-kacangan, lobak, dan banyak macam herbal dan sayuran lain. Tujuan dari metode budidaya ini adalah menumbuhkan tanaman-tanaman pangan sealamiah mungkin di atas tanah yang jika tidak akan jadi tak terurus. Jika Anda mencoba berkebun dengan menerapkan teknik-teknik peningkatan hasil, upaya Anda itu akan sering berakhir dengan kegagalan sebagai akibat dari kejangkitan hama atau penyakit. Tetapi jika berbagai jenis rerumputan herbal atau tanaman pangan lain dicampurkan dan ditumbuhkan di antara vegetasi alamiah, kerusakan karena hama akan jadi rendah. Anda tidak akan perlu menggunakan semprotan atau bahkan mengambil kutu-kutu itu dengan tangan.

BERSAMBUNG

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Mungkinkah gaya pertanian Fukuoka tersebut diterapkan di Indonesia?

Anonim mengatakan...

Thanks tuk infonya, mohon izin untuk share blognya di facebook, salam hangat semoga sukses selalu..